MUNGKINKAH ADA NABI DARI INDONESIA ?

 Kiyai apa mungkin ada nabi atau bahkan seorang rasul yang pernah Allah utus di masyarakat Nusantara di masa lalu ? Seperti yang saya simak dari podcastnya ustadz Felix Ziauw dan potongan ceramah antum yang viral itu ?

Jawaban

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

 Secara umum kita akan temukan dua pendapat, yang mengatakan mungkin dan yang tidak mungkin. Tidak ada yang menyatakan pasti ada, karena memang tidak ada dalil agama yang mendukung pendapat ini kecuali dalil gatuk matuk sebagian pihak yang rasanya tak penting untuk kita bahas di sini.

Yang mengatakan tidak mungkin adanya nabi di Indonesia paling tidak dengan argument bahwa Peradaban di Indonesia baru muncul belakangan, sehingga tidak memenuhi syarat adanya nabi sebelum nabi Muhammad.  Dan Argumen  kedua adalah bahwa para Nabi itu hanya diutus oleh Allah di pusat peradaban manusia, bukan di wilayah terpencil.

Dan juga para nabi itu dikatakan bahwa mereka adalah saudara dalam nasab, disebutkan dalam hadits :

الأنبياءُ إخوةٌ لعَلَّاتٍ؛ أمَّهاتُهُم شتَّى ودينُهُم واحدٌ

"Para nabi adalah saudara seayah dan ibu-ibu mereka berbeda-beda, sedangkan agama mereka adalah satu." (HR. Abu Daud)

Sedangkan sebagian pihak menyatakan jika bicara kemungkinan, maka mungkin saja itu terjadi. Ada seseorang atau bahkan sekelompok manusia yang pernah mendapatkan wahyu yang tinggal di bumi Indonesia di masa lalu. Hal ini paling tidak dengan beberapa argument sebagai berikut :

1.     Setiap kaum diutus kepada mereka rasul

Beberapa dalil ayat al Qur’an dan hadits telah menyebutkan bahwa setiap umat telah diutus kepada mereka seorang Rasul. Allah ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut’” (QS. An Nahl: 36).

Dan firmanNya :

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ

“Tiap-tiap umat mempunyai rasul.” (QS. Yunus : 47)

Dalam tafsir Ruhul Bayan ayat di atas dijelaskan :

ما ‌من ‌امة ‌من ‌الأمم ‌الماضية ‌الا ‌وقد ‌أرسلت ‌إليهم ‌رسولا ‌ينذرهم ‌على ‌كفرهم ويبشرهم على ايمانهم

"Tidak ada satu umat pun dari umat-umat yang telah berlalu, kecuali telah diutus kepada mereka seorang rasul yang memperingatkan mereka tentang kekufuran mereka dan memberi kabar gembira kepada mereka tentang iman mereka."[1]

Jika Rasul dimungkinkan untuk diutus ke setiap kaum atau bangsa, maka adanya nabi di Tengah-tengah mereka lebih mungkin adanya.

2.     Jumlah Nabi yang sangat banyak

Berapa jumlah Nabi dan Rasul ? Yang shahih sangat banyak dan hanya Allah ta’ala yang mengetahuinya. Hanya sebagian kecil saja yang nama dan kisahnya disebutkan di dalam al Quran dan hadits, selebihnya tidak pernah disebutkan. Allah ta’ala berfirman : “Dan rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu..” (QS. An-Nisa: 164).

Adapun hadits yang menyebut jumlah tertentu dari para nabi seperti 124 ribu, 120 ribu dan lainnya statusnya diperbedapendapatkan. Sebagian ulama menshahihkan sedangkan yang lainnya mendhaifkan.

            Jika kita menerima Riwayat 124.000 dan yang disebutkan hanya 25 nabi, berarti ada sebanyak 123.975 orang nabi dan rasul yang tidak diketahui pasti siapa dan di mana mereka pernah diutus. Khabar sebagian mereka ada yang disebutkan dalam tradisi ajaran ahli kitab, yang mana sikap kita terhadap israiliyat secara umum adalah tidak menerima dan tidak menolaknya, dalam bahasa lain mungkin benar mungkin juga tidak.

3.Tidak harus di pusat peradaban

Beberapa ahli Sejarah telah menulis bahwa peradaban di Indonesia sudah di mulai sejak tahun 200 SM dengan munculnya beberapa kerajaan di tanah jawa. Dan tentu kehidupan manusia beradab di Nusantara bisa jauh lebih awal dari catatan tersebut.

Jika dikatakan bahwa rasul yang   diutus itu hanya ada di tengah-tengah peradaban dalam artian perkotaan bukan daerah terpencil, ini juga perlu diteliti Kembali. Karena faktanya beberapa rasul Allah utus di daerah yang bukan pusat peradaban atau kota besar. Sekalipun benar seperti itu, itu adalah untuk rasul yang memeng diperintahkan untuk mendakwahkan risalah. Berbeda dengan para nabi yang mendapatkan wahyu untuk dirinya sendiri.

4. Kemungkinan itu terjadi pada pihak lain

Kita ketahui bahwa beberapa tokoh besar dunia sering diperdebatkan tentang posisi mereka, seperti Plato, Socrates dan Konfocius apakah mereka sebenarnya dahulu adalah seorang nabi atau bukan. Sebagian pihak mengatakan bahwa kemungkinan itu benar adanya, mereka adalah manusia suci yang bertauhid hanya saja kemudian sebagian ajarannya diselewengkan oleh para pengikutnya.

Kalau bicara kemungkinan ya mungkin saja itu terjadi. Sebagaimana kemungkinan yang sama juga terjadi di belahan dunia yang lainnya. Meski tentu untuk bisa berubah yang mungkin menjadi pasti tentu butuh data dan argument yang kuat sebagai pendukungnya.

5. Nabi satu garis keturunan

Adanya informasi hadits yang menyatakan bahwa nabi dan rasul itu harus satu garis keturunan, itu juga tidak bisa dijadikan alasan untuk menolak kemungkinan adanya manusia yang mendapatkan wahyu yang ia tidak tinggal di kawasan Timur Tengah. Karena bisa jadi keturunan Nabi Nuh atau bahkan Ibrahim telah tersebar ke penjuru bumi, termasuk datang ke Indonesia. Apanya yang tidak mungkin ?

Jarak antara nabi Muhammad ke Ibrahim alaihmassalam itu saja diperkirakan sekitar 5000 -6000 tahun. Di masa hari ini saja, yang mengaku keturunan Rasulullah terlepas yang asli maupun palsu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia padahal jarak dengan nabi baru sekitar 1500 tahun.

Kesimpulan

Tujuan kami menyebut dimungkinkannya adanya nabi yang pernah ada di Indonesia adalah untuk menjelaskan dan menegaskan bahwa sifat syariat agama ini yang universal, yang ia bukan hanya untuk bangsa dan kaum tertentu saja. Kalau toh kemudian syariat terakhir yang dibawa oleh Nabi terakhir itu turun di Arab, ia hanya untuk merangkum ajaran dari nabi-nabi yang pernah Allah utus ke muka bumi, bukan agama arab yang hanya cocok untuk diterapkan di padang pasir.

            Tujuan kedua bahsan saya sebenarnya adalah untuk membahasa tentang maraknya nabi palsu, imam Mahdi palsu dan deretan yang palsu-palsu yang tumbuh subur di negeri ini bak jamur di musim penghujan. Padahal jelas bahwa tidak ada nabi lagi setelah diutusnya Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam dan tentang kapan dan bagaimana munculnya imam Mahdi itu juga tidak boleh diartikan secara serampangan dan sembarangan.

            Namun bila ada yang tidak berkenan dengan diksi “kemungkinan” yang kami gunakan dalam penjelasan tersebut, apa lagi diangap penyebutan nama-namanya sebagai contoh sebagai bentuk merendahkan, tentu saya harus meminta maaf dan mohon kiranya untuk dimaklumi. Ubur-ubur ikan lele, mumpung masih Syawal, minta maaf le..



[1] Ruhul Bayan (7/340)

0 comments

Posting Komentar