Ramai di
broadcest sosial media yang menyebutkan kalau usia umat Muhammad tidak lebih
dari 1500 tahun, juga dalam ceramah mubaligh yang cukup dikenal Ust Dzulkifli M
Ali. Berikut diantara linknya : https://www.youtube.com/watch?v=vphAuz13q-I
Mohon penjelasan dari ustadz AST.
Jawaban
Sebenarnya ramalan
bahwa usia umat Muhammad tidak akan sampai 1500 tahun bukan hal baru, ini sudah
pernah membuat heboh umat Islam diera 90-an ketika muncul
sebuah buku yang berjudul Huru-hara
Akhir. Buku ini ditulis oleh seorang yang bernama Amin Muhammad Jamaluddin
dengan judul asli Harmajiddun Akhir Bayan Ya Ummat Al-Islam. Dan broadcest yang
sekarang beredar di sosial media sama sekali tidak ada yang baru, semua menjiplak
habis isi buku tersebut.
Bila kita telaah
isi buku tersebut, juga broadcest dan isi ceramah dari al Ustadz M Ali, dapat
kita lacak bahwa semuanya memiliki keyword: Kitab al Fitan, pendapat Ibnu Hajar
al Asqalani, As Suyuti dan Rajab al Hanbali. Kita akan focuskan bahasan pada kata kunci
diatas, agar pembahasan tidak panjang bertele-tele. Dan mungkin dibahasan
terpisah, kita akan membahas kualitas hadits-hadits yang digunakan dalam buku
dan artikel broadscest tersebut.
1.
Kitab al Fitan dan
pengarangnya
Kitab al Fitan
ditulis oleh Nu’aim bin Hammad al-Marwazi (229 H/844 M). Dan mengenai dirinya para ulama hadits berbeda
pendapat, imam Ahmad menstiqahkannya, namun mayoritas ulama hadits melemahkannya.
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang
yang dha’if (lemah)”, Abu Daud berkata: “Nu’aim bin Hammad meriwayatkan
dua puluh hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang tidak
mempunyai dasar sanad.”[1]
Imam Al-Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang
yang memalsukan hadits dalam membela As-Sunnah, dan membuat kisah-kisah palsu
tentang keburukan An-Nu’man (maksudnya, Abu Hanifah, pent), yang semuanya itu
adalah kedustaan.”[2]
Ibnu Hibban berkata tentang dia: “Suka salah dan bimbang.” Ibnu Yunus
mengatakan: “Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar dari orang-orang yang bisa
dpercaya.”[3]
Sedangkan mengenai
kitab al Fitan adz Dzahabi berkata :
لا يجوز لاحد أن يحتج به، وقد صنف كتاب "
الفتن " فأتى فيه بعجائب ومناكير
“Tidak diperbolehkan seorangpun untuk
berhujjah dengannya dan sungguh ia telah menulis kitab Al Fitan maka ia
mendatangkan di dalamnya riwayat-riwayat yang mengherankan dan riwayat-riwayat
mungkar.”[4]
Diantara riwayat
yang tercantum dalam kitab al fitan adalah sebuah hadits palsu[5]
berikut ini :
قَالَ
نُعَيْمٌ بْنُ حَمَّادٍ : حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ قَالَ :
حَدَّثَنِي عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ حُسَيْنٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ ثَابِتٍ
الْبُنَانِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنِ الْحَارِثِ الْهَمْدَانِيِّ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
: “إذا كانَتْ صَيْحَةٌ في رمضان فإنه تكون مَعْمَعَةٌ في شوال، وتميز القبائل في
ذي القعدة، وتُسْفَكُ الدِّماءُ في ذي الحجة والمحرم.. قال: قلنا: وما الصيحة يا
سول الله؟ قال: هذه في النصف من رمضان ليلة الجمعة فتكون هدة توقظ النائم وتقعد
القائم وتخرج العواتق من خدورهن في ليلة جمعة في سنة كثيرة الزلازل ، فإذا
صَلَّيْتُمْ الفَجْرَ من يوم الجمعة فادخلوا بيوتكم، وأغلقوا أبوابكم، وسدوا
كواكـم، ودَثِّرُوْا أَنْفُسَكُمْ، وَسُـدُّوْا آذَانَكُمْ إذا أَحْسَسْتُمْ
بالصيحة فَخَرُّوْا للهِ سجدًا، وَقُوْلُوْا سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ،
سُبْحَانَ اللهِ اْلقُدُّوْسِ ، ربنا القدوس فَمَنْ يَفْعَلُ ذَلك نَجَا، وَمَنْ
لَمْ يَفْعَلْ ذَلِكَ هَلَكَ)
Nu’aim
bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu
Lahi’ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari
Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari Al-Harits Al-Hamdani, dari
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau
bersabda: “Bila telah
muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal,
kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antar suku, pent) di bulan Dzul
Qo’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan Muharram…”. Kami
bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Suara keras di
pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang
membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para
gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak
gempa. Jika kalian telah melaksanakan solat Subuh pada hari Jumat, masuklah
kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya,
dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan
adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah:
“Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”,
kerana barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan selamat, tetapi
barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan binasa”.
Dalam
buku dan artikel tersebut juga terdapat tadlis (penipuan), misalnya dengan menyatakan
bahwa sebuah riwayat berasal dari al
Imam Bukhari, sehingga orang yang tidak memiliki kemampuan melacak kebenaran
pernyataan ini akan langsung mengaggap bahwa riwayat tersebut shahih. Padahal penisbahan
tersebut tidak benar. Dalam dunia ilmu, hal seperti ini termasuk kejahatan dan
cacat yang sangat serius.
2. Perkataan Ulama
yang dinukil
Karena
Broadcest permasalahan membawa-bawa nama 3 ulama yakni Suyuthi, Ibnu Hajar dan
Ibnu Rajab, saya kemudian mencoba melacak dalam kita-kitab mereka, dan memang
penyandaran itu benar. Jadi penulis
dalam hal ini tidak melakukan tadlis (penipuan) sebagaimana yang dituduhkan
oleh beberapa ustadz yang juga mencounter artikel tersebut. Hanya seperti
apakah yang sebenarnya / mari kita simak penjelasannya.
1.
Imam Jalaluddin as Suyûthi (w. 911 H)
Dalam kitabnya, Al Hâwi lil Fatâwa, 2/104, beliau menyatakan :
الَّذِي
دَلَّتْ عَلَيْهِ الْآثَارُ أَنَّ مُدَّةَ هَذِهِ الْأُمَّةِ تَزِيدُ عَلَى أَلْفِ
سَنَةٍ، وَلَا تَبْلُغُ الزِّيَادَةُ عَلَيْهَا خَمْسَمِائَةِ سَنَةٍ
“Yang ditunjukkan oleh sejumlah riwayat (atsar) bahwa waktu (durasi) umat
ini adalah lebih dari seribu tahun, namun lebihnya tidak sampai lebih dari 500
tahun.”
2. Imam Ibnu Hajar
Al-Asqalani (w. 852 H)
Dalam kitabnya, Fathul Bâry, 4/449 beliau menyatakan:
وَاسْتُدِلَّ
بِهِ عَلَى أَنَّ بَقَاءَ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَزِيدُ عَلَى الْأَلْفِ لِأَنَّهُ
يَقْتَضِي أَنَّ مُدَّةَ الْيَهُودِ نَظِيرُ مُدَّتَيِ النَّصَارَى
وَالْمُسْلِمِينَ وَقَدِ اتَّفَقَ أَهْلُ النَّقْلِ عَلَى أَنَّ مُدَّةَ
الْيَهُودِ إِلَى بَعْثَةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَتْ
أَكْثَرَ مِنْ أَلْفَيْ سَنَةٍ وَمُدَّةَ النَّصَارَى مِنْ ذَلِكَ سِتُّمِائَةٍ
وَقِيلَ أَقَلُّ فَتَكُونُ مُدَّةُ الْمُسْلِمِينَ أَكْثَرَ مِنْ أَلْفٍ قَطْعًا
“(Hadits ini) dijadikan dalil bahwa keberlangsungan (umur) umat ini
mencapai lebih dari seribu tahun, sebab hadits ini menuntut bahwa waktu Yahudi
setara dengan gabungan waktu Nasrani dan muslimin. Dan sesungguhnya para ahli
riwayat telah sepakat bahwa jangka waktu yang dilalui umat Yahudi hingga
diutusnya Nabi adalah lebih dari 2000 tahun, sedangkan waktu yang dilalui
Nasrani hingga diutusnya Nabi adalah 600 tahun, dan ada pula yang mengatakan
kurang dari itu, sehingga waktu yang akan dilalui kaum muslimin pasti lebih
dari seribu tahun”
3. Imam Ibnu Rajab
al Hambali (w. 795 H)
Dalam kitabnya Fathul Bari pada juz 4 hal 343, ia menyatakan
وقد قدمنا:
أن حديث ابن عمر الذي خرجه البخاري هاهنا يدل على أن مدة الدنيا كلها كيوم وليلة،
وأن مدة الأمم الثلاث أصحاب الشرائع المتبعة قريب من نصف ذلك، وهو قدر يوم تام،
وأن مدة اليهود منه إلى ظهور عيسى حيث كانت أعمالهم صالحة تنفعهم عند الله كما بين
صلاة الصبح إلى صلاة الظهر، ومدة النصارى إلى ظهور محمد – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
– حيث كانت
أعمالهم صالحة مقبولة كما بين صلاةِ الظهر والعصر، ومدة المسلمين منه من صلاة
العصر إلى غروب الشمس، وذلك في الزمان المعتدل قدر ربع النهار، وهو قدر ثمن الليل
والنهار كما سبق ذكره وتقديره.
“Dan telah kami
sampaikan: bahwa hadits Ibnu ‘Umar yang dikeluarkan oleh al Buhari di
sini menunjukkan bahwa masa (berlangsungnya) dunia seluruhnya seperti masa
sehari semalam, dan masa tiga umat penganut syari’at-syari’at itu hampir
setengahnya, yakni sekitar sehari penuh, dan masa Yahudi hingga diutusnya Isa ,
dari sisi amal shalih mereka bermanfaat, adalah seperti antara shalat subuh
hingga dzhuhur, dan masa Nashrani hingga lahirnya Nabi Muhammad, dari sisi amal
shalih mereka diterima ,adalah seperti antara shalat dzuhur dengan ashar, dan
masa kaum muslimin adalah dari shalat ashar hingga terbenam matahari, dan yang
demikian itu, dalam ukuran waktu yang sedang adalah sekitar ¼ hari, dan sekitar
1/8 dari sehari semalam sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.”
Penjelasan
Apa yang dinyatakan oleh para ulama diatas sama sekali
tidak bisa menjadi legitimasi pemahaman bahwa umur umat Muhammad kurang dari
1500 tahun, hal ini karena beberapa alasan :
1. Semua hanya pendapat
dan dugaan
Setelah
membaca apa yang dinyatakan oleh para ulama diatas, kita langsung bisa
menyimpulkan bahwa semuanya keterangan diatas adalah pendapat dan dugaan, bukan
dalil yang qath’i. Hal ini sebagaimana
yang diakui sendiri oleh al Imam Ibnu Rajab al Hanbali : “Apa-apa yang
disebut dalam (pembahasan) yang demikian itu hanyalah merupakan
perkiraan-perkiraan yang tidak berfaedah kepastian (‘ilm).[6]
As-Sakhawy berkata : “Ibnu
Katsir menegaskan Demikian pula hadits-hadits tentang pembatasan hari Kiamat
secara pasti, semuanya tidak shahih sanadnya.”[7]
2. Kesalahan data
Tanpa mengurangi rasa hormat dan pengagungan kita
kepada para ulama, khususnya mereka rahumahumullah yang mencoba menduga kapan
tahun terjadinya kiamat, ternyata kita dapatkan data bahwa para ulama tersebut
telah keliru dalam analisanya.
Ambil contoh imam Suyuti beliau juga berkata dalam kitabnya yang berjudul “Al-Al-Kasyf An
Mujaawazah Hadzihi Ummah Al-Alf” menyimpulkan
bahwa kiamat akan terjadi di awal abad 15 H. Ini jelas kesalahan yang fatal,
karena kita sekarang saja sudah berada dipertengahan abad ke-15.
Maka para ulama bersuara lantang
mengkritik karya beliau tersebut. Al-Allaamah Shiddiq Hasan Khaan,
beliau berkata, “Sekarang sudah lebih dari 1300 tahun, namun Imam Mahdi belum
juga keluar, Nabi Isa belum turun, Dajjal
juga belum datang, Semua ini menunjukkan
bahwa prediksi ini tidaklah benar !”[8]
Syaikh
Muhammad Rasyid Ridha juga membantah pendapat imam As-Suyuthy secara panjang
lebar, diantaranya beliau berkata “Sepertinya, buku beliau dibangun di atas dua
hadits palsu dan dusta.”[9]
3. Bertentangan dengan
fakta
Jika kiamat terjadi pada tahun 1500 H berarti sisa
umur umat Muhammad adalah 1500 -1438 H = 62 tahun. Ini jelas kesalahan fakta
yang fatal. Karena sebelum kiamat benar-benar terjadi, akan bermunculan
terlebih dahulu tanda-tandanya, padahalkenyataannya dari sekian tanda kiamat,
baik tanda kecil maupun besar, masih banyak
yang belum muncul.
Belum
lagi bila ditambah dengan tempo tegaknya khilafah Rasyidah, tempo 120 tahun
setelah matahari terbit dari barat, juga empo 40 tahun dari keberadaan Isa
Al-Masih setelah terbunuhnya Dajjal, tempo 3 tahun ketika Isa menggantikan
kepemimpinan seorang lelaki Bani Tamim, tempo 100 tahun setelah semua orang
beriman diwafatkan melalui berhembusnya angin baik.
4. Bertentangan
dengan dalil umum
Bila pendapat diatas dipaksakan sebagai dalil
penetapan terjadinya kiamat, - padahal para ulama tersebut tidak memaksudkan
demikian - maka akan bertentangan dengan
dalil-dalil yang dengan tegas menyatakan bahwa hari kiamat waktunya hanya Allah
yang mengetahui, Firman Allah ta’ala :
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ
“Mereka
menanyakan kepadamu tentang kiamat: “kapankah terjadinya?” Katakanlah:
“Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia…” (QS. Al-A’raf 187)
Al
Imam As Sakhawi berkata : “Setiap
riwayat yang menyebutkan batasan hari kiamat dengan ta’yin (penetapan),
adakalanya tidak ada asalna atau tidak kuat sanadnya.”[10]
Mengingat
ini hanya prediksi tanpa dasar yang jelas, dan murni pendapat, terlebih itu
bertentangan dengan prinsip yang diajarkan dalam syariat, maka tidak selayaknya
kita jadikan sebagai acuan.
Sedangkan
agama kita dibangun diatas dasar ilmu dan keyakinan. Jangan sampai nanti ketika
cara beragama kita hanya berdasarkan dugaan, dan ternyata dugaan itu tidak
terbukti, justru umat Islam akan menolak kebenaran yang sudah pasti.
Tidak banyak manfaatnya kita
membahas dan menganalisa terlalu jauh kapan kiamat akan terjadi. Yang lebih penting bagi kita adalah senantiasa mempersiapkan bekal diri untuk menuju negeri akhirat. Berkata Shalahuddin Maqbul Ahmad, “Hikmah utama di balik dirahasiakannya waktu Kiamat
dan kematian yaitu agar mendorong seorang hamba untuk tetap aktif beramal
ketaatan, menjauhi kemaksiatan dan selalu khawatir jangan-jangan kematian
menjemputnya secara tiba-tiba.”[11]
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa ada orang arab
badui yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
kapan kiamat. Beliau justru balik
bertanya,
وَيْلَكَ،
وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Celaka kamu, apa yang kamu
persiapkan untuk kiamat ?”(HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi).
Wallahu a’lam.
[1] Adh-Dhu’afa wa
Al-Matrukin (1/101).
[2] Mizan Al-I’tidal (4/267).
[3] Siyar A’lamin Nubala, 10/595)
[4] Siyaar A’lam An
Nubalaa’( 10/60)
[5] Dalam
sanadnya ada rawi yang majhul : abdul Wahab bin Muhsin, pendusta : al Harits bin abdullah. Lihat al Mustadrak
(no 8590), Tahdzib (9/72)
[6] Fathul Bari li Ibn Rajab (4/343).
[7] Al-Ajwibah
Al-Mardhiyyah (1/96).
[8] Lawami’ Al-Anwar Al-Bahiyah (2/66), Al-Idzaa’ah, hal.
184.
[9]
Tafsir al Manar (9/470-482),
[10] Al
Maqâsidul Hasanah hal 693.
[11] Al-Yaum
Al-Aakhir, hal. 5.
0 comments
Posting Komentar