بسم الله الرحمن الرحيم

Dalam fatwanya, Qaradhawi melandaskan pendapatnya dengan mengatakan
bahwa memperingati kelahiran Rasulullah saw adalah mengingatkan umat
Islam terhadap nikmat luar biasa kepada mereka. “Mengingat nikmat Allah
adalah sesuatu yang disyariatkan, terpuji dan memang diperintahkan.
Allah swt memerintahkan kita untuk mengingat nikmat Allah swt, ” ujar
Qaradhawi.
Namun demikian, Qaradhawi juga mengatakan bahwa peringatan Maulid
Nabi saw jangan sampai dicampur dengan ragam kemungkaran dan
penyimpangan syariat serta melakukan apa yang tidak diberikan kekuatan
apapun oleh Allah swt.
“Menganggap peringatan Maulid adalah bid’ah dan semua bid’ah itu
sesat dan tempatnya di neraka, itu tidak benar sama sekali. Yang kita
tolak adalah mencampur peringatan itu dengan berbagai penyimpangan
syariah Islam dan melakukan sesuatu yang tidak diberi kekuasaan apapun
oleh Allah swt seperti yang terjadi di sebagian tempat, ” kata
Qaradhawi.
Fatwa Qaradhawi dikeluarkan untuk menjawab pertanyaan sejumlah umat
Islam yang menanyakan, “Apa hukumnya merayakan maulid Nabi saw dan
perayaan Islam lainnya, seperti perayaan tahun baru hijriyah, isra
mi’raj dan lainnya?” Maka, Qaradhawi menjawab antara lain bahwa,
“Mengingat nikmat itu diperintahkan, terpuji dan memang dianjurkan.
Mengingatkan umat Islam dengan berbagai peristiwa penting dalam sejarah
Islam yang di dalamnya terdapat pelajaran yang bermanfaat, bukan
sesuatu yang tercela, dan tidak bisa disebut sebagai bid’ah atau
kesesatan.”
Ia menambahkan, “termasuk hak kami adalah mengingat sirah perjalanan
Rasulullah saw dalam ragam peringatan. Ini bukan peringatan yang
bid’ah. Karena kita mengingatkan manusia dengan sirah nabawiyah yang
mengikatkan mereka dengan misi Muhammad saw. Ini adalah kenikmatan luar
biasa. Adalah dahulu para sahabat radhiallahu anhum kerap mengingat
Rasulullah saw dalam beragam kesempatan.”
Di antara contohnya, Qaradhawi menyebutkan, perkataan shahabi Sa’d
bin Abi Waqash radhallahu anhu, “Kami selalu mengingatkan anak-anak
kami dengan peperangan yang dilakukan Rasulullah saw sebagaimana kami
menjadikan mereka menghafal satu surat dalam Al-Quran.” Ungkapan ini,
menurut DR. Qaradhawi menjelaskan bahwa para sahabat kerap menceritakan
apa yang terjadi dalam perang Badar, Uhud dan lainnya, kepada anak-anak
mereka, termasuk peristiwa saat perang Khandaq dan Bai’atur Ridhwan.”
0 comments
Posting Komentar